Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ringkasan Teori Psikologi Perkembangan


Teori-teori Perkembangan

1. Teori Psikoanalitis

·      Freud

Freud adalah tokoh dari psikoanalisis yang terkenal dengan teori struktur jiwa, yaitu id, ego, dan superego. Namun dari sisi psikologi perkembangan Freud berpendapat bahwa perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan lima tahapan kehidupan. Tahap perkembangan Freud seringkali disebut teori perkembangan psikoseksual sebab Freud pada setiap tahap Freud menekankan pada motivasi seksual. Teori ini menjelaskan bahwa manusia memiliki ketertarikan pada bagian tubuh tertentu selama setiap proses perkembanganya. Jika ada fase yang tidak terpuaskan maka individu tersebut akan berhenti atau terkunci pada tahapan yang belum terpuaskan.

Tahap-tahap perkembangan Freud (Psikoseksual):

1.    Oral stage (0 – 18 bulan)

Pada tahap ini kepuasan anak terletak pada otoerotik, yaitu masa anak mendapatkan ASI. Freud memandang konsep narsisme (mencintai diri sendiri) sudah ada sejak masa bayi di mana bayi merasakan kenyamanan dari proses mendapatkan ASI dan mengulang perbuatan tersebut dengan menghisap jarinya meskipun sedang tidak merasa lapar. Menurut Freud, bagian tubuh yang disenangi pada fase oral adalah bagian mulut. Kegiatan mengunyah, menggigit, dan menghisap menjadi sumber kesenangan anak sehingga perlu bagi anak melewati fase oral untuk menuju tahap berikutnya.

2.    Anal stage (18 Bulan – 3 Tahun)

Pada fase ini wilayah anal (anus) menjadi fokus ketertarikan anak. Oleh sebab itu, pelatihan menggunakan toilet sangat tepat dilakukan pada usia ini. Dalam pandangan Freud, latihan otot anus menurunkan ketegangan pada anak dan membuatnya mampu melewati tahap ini dengan baik.

3.    Phallic stage (3 –  6 Tahun)

Pada tahap ini laki-laki mulai tertarik dengan penisnya. Pada tahap ini kesenangan akan terfokus pada alat kelaminya, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Mereka menyadari bahwa manipulasi diri merupakan kegiatan yang menyenangkan. Pada tahap ini ada yang disebut dengan Oedipus Complex dan Electra Complex, di mana anak laki-laki akan memiliki ketertarikan terhadap ibunya dan anak perempuan memiliki ketertarikan pada ayahnya. Anak-anak harus mampu melewati tahap ini dengan menyadari bahwa fantasi anak terhadap orang tua yang berbeda jenis kelamin tidak diperbolehkan sehingga anak-anak akan berkembang, anak laki-laki akan berjuang seperti ayahnya dan anak perempuan akan berjuang seperti ibunya. Jika tahapan ini tidak terlewati maka individu akan terkunci di tahap phallic dan anak tidak dapat melewati tahap perkembangan ini dengan baik.

4.     Latency stage (6 Tahun – Pubertas)

Pada fase ini anak seharusnya sudah dapat mengendalikan permusuhanya dengan orang tuanya yang memiliki jenis kelamin berbeda dengan dirinya. Anak laki-laki dan perempuan akan bersikap lembut pada orang tuanya. Pada tahap ini anak akan mengarahkan seluruh minat seksualnya kepada pengembangan keterampilan sosial dan intelektual. Aktivitas yang paling disenangi anak berkumpul dengan teman-teman  sejenis dan lawan jenis dngan kegiatan sosial atau kegiatan intelektual.

5.    Genital stage (sejak Pubertas – selanjutnya)

Pada tahap ini kesenangan seksual akan didapatkan dari individu di luar keluarga. Masa pubertas merupakan masa anak berupaya dalam membebaskan diri dari perwalian orang tuanya. Mereka sudah menyukai perempuan lain, selain ibunya dan menyukai pria lain, selain ayahnya.

 

·      Erik Erikson (Teori psikososial)

Erik H. Erikson adalah seorang psikolog yang menjadi murid Sigmund Freud yang beraliran psikoanalisis. Jika Freud lebih menekankan pada aspek biologis dan orientasi seksual, maka Erikson mengembangkan teori psikoanalisis Freud dengan menambahkan prinsip psikososial yang berisi aspek-aspek psikologi dan sosial pada teori perkembanganya.

Dasar dari teori perkembangan psikososial Erikson adalah sebuah konsep tingkatan yang perlu dilalui oleh setiap individu. Terdapat 8 fase perkembangan yang perlu dilewati individu dan  Erikson percaya bahwa setiap tahap perkembangan individu akan mengalami krisis atau permasalahan yang krusial sebagai bentuk titik tolak tahap perkembangan yang dijalani individu tersebut.

8        Tahap perkembangan Erikson (Psikososial):

1.     Percaya vs Tidak Percaya (0 – 18 bulan)

Dasar dari fase ini adalah harapan, di mana bayi memiliki ketergantung terhadap figur lekat (ibu atau pengasuhnya) dalam membentuk kepercayaan dan rasa aman yang akan pertama kali dipelajari oleh bayi dari lingkunganya. Namun, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh bayi maka akan menyebabkan bayi sulit mempercayai orang lain dan merasa selalu tidak aman, skeptis dan menghindari hubungan sosial berdasarkan rasa percaya.

2.   Otonomi vs Malu dan Ragu-ragu (18 bulan – 3 tahun)

Pada masa kanak-kanak fokus tahapan ini pada kehendak dan kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri. Sebaliknya, jika orang tua yang terlalu membatasi dan bersikap keras kepada anak, dapat membentuk kepribadian anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.

3.     Inisiatif vs Rasa Bersalah  (3 – 6 tahun)

Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang lain, seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak. Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak, akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya. Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat mengembangkan rasa ketidakpedulian.

4.   Tekun vs Inferioritas (6 – 12 tahun)

Pada fase ini anak akan fokus pada kompetensi. Anak harus sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga. Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru. Sebaliknya, kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

5.    Identitas vs Kebingungan Identitas (12 – 18 tahun)

Pada tahap ini seorang anak remaja perkembanganya akan fokus pada kesetiaan dan masalah patologi inti penolakan peran. Remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati diri mereka sebenarnya dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Namun, jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas serta memiliki ketidakyakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.

6.    Keintiman vs Isolasi (18 – 25 tahun)

Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini fokus dasarnya adalah cinta, hambatan biasanya adanya ekslusivitas, lingkungan yang paling berpengaruh adalah pasangan seksual dan teman-teman. Biasanya terjadi pada masa dewasa awal, yaitu merupakan tahap ketika individu merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, individu akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang. Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara, kegagalan menjalin hubungan bisa membuat individu merasakan jarak dan terasing dari individu lain.

7.    Bangkit vs Stagnan (25 – 64 tahun)

Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan, fokus perkembanganya perhatian dan hambatan patologinya penolakan. Normalnya, usia ini individu sudah mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.

8.    Integritas vs Keputusasaan (65 tahun keatas)

Fase ini dialami oleh individu dewasa akhir. Individu akan selalu bercermin mengenai kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini, maka individu akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

Kelebihan dan kekurangan teori psikoanalisis:

a.   Kelebihan, teori Freud dapat dijelaskan dengan bukti nyata, Freud menciptakan teori mengenai aliran psikoanalisis dan digunakan berbagai cabang ilmu psikologi lainya.

b.  Kekuranganya, teori Freud kurang bersifat ilmiah dalam proses observasi atau penelitianya. Teori Freud terlalu mengacu pada fungsi biologis manusia dan kurang mempertimbangkan aspek sosial dan budaya.

c.  Kelebihan, teori Erikson adalah melengkapi teori Freud dengan menambahkan aspek sosial sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan individu.

d.   Kekurangan, teori Erikson adalah nilai ilmiah penelitian yang dilakukan Erikson tidak begitu akurat. Observasi dan analisis penelitian hanya dilakukan secara subjektif seperti halnya tokoh psikoanalisis yang lain.

 

2. Teori Kognitif

·      Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara aktif dunia kognitif mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak lewat lingkungan. Anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk meliputi gagasan baru. Proses ini sering dikenal dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Teori perkembangan Piaget menjadi salah satu teori kognitif yang menjelaskan bagaimana anak dapat beradaptasi dan menginterpretasikan objek serta kejadian-kejadian sekitarnya. Terdapat 4 tahap perkembangan intelektual anak menurut Piaget, yaitu:

1.      Sensorimotor (0 – 2 Tahun)

Kemampuan kognisi ditujukan pada psikomotorik, dorongan untuk menyentuh, dan mengekspresikan emosi dengan tangisan.

2.      Pra-Operasional (2 – 7 Tahun)

Pada tahap ini anak suka untuk meniru perilaku orang lain yang dilihatnya, mampu menggunakan kata atau kalimat yang pendek.

3.      Operasional Konkret (7 – 11 Tahun)

Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan memiliki penalaran sehingga dapat menarik kesimpulan dari informasi yang diterima. Cara berpikir menjadi lebih sistematis.

4.      Operasional Formal (11 – 17 Tahun)

Mampu melakukan koordinasi secara kognitif, mampu menggunakan prinsip yang bersifat abstrak (membayangkan). Kemampuan ini sangat diperlukan anak untuk masa peralihan menuju fase dewasa.

 

·       Teori Kognitif Sosiobudaya Menurut Vygotsky

Vygotsky menjelaskan bahwa perkembangan individu tidak dapat dipisahkan dari aspek sosio-budaya sehingga Vygotsky berpendapat bahwa pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam perkembangan kognisi. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, dan termasuk pengalaman yang terjadi di lingkungan tersebut. Vygotsky berpendapat bahwa hubungan interpersonal dan lingkungan sosial berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan.

Pada teori ini menurut Vygotsky, fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara interpsikologi melalui interaksi sosial dan intrapsikologi dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai perubahan dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu bergerak antara interpsikologi (antar individu) dan intrapsikologi (dalam diri individu). Konsep Vygotsky yang terkenal adalah kesadaran. Vygotsky mengidentifikasikan kesadaran sebagai:

1.      Pengetahuan yang saling terkait

2.      Kesadaran sosial dan analisis semiotik merupakan metode yang digunakan untuk kajian struktur sistemik dan semantik dari kesadaran.

Vygotsky  mendefinisikan kesadaran sebagai pengalaman dari pengalaman dan mendefinisikan pengetahuan sebagai pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.

Vygotsky menyatakan proses mental yang rendah bersifat natural, sementara proses mental yang tinggi bersifat kultural. Oleh sebab itu, keduanya diperlukan untuk individu mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun, proses ini tidak berpengaruh secara optimal pada usia kanak-kanak tetapi dengan bantuan psikologis dapat mengubah fungsi mental yang rendah menjadi mental yang tinggi dengan aktivitas tertentu, seperti:

1.      Alat-alat material

Komunikasi dan representasi simbolik

2.      Alat-alat psikologis

Memahami kata dalam konteks semiotik bukan dalam kalimat.

Pada lingkungan anak-anak terdapat dua kategori, yaitu inframenal (pikiran dari luar) dan intermental (pikiran dalam diri anak). Keduanya sangat penting bagi perkembangan anak.

·       Teori Pemrosesan Informasi

Teori ini menjelaskan bahwa manusia itu memanipulasi informasi, memperhatikan, dan menysusun strategi mengenai informasi yang diterimanya. Serupa dengan teori Vygotsky, pemrosesan informasi tidak mendeskripsikan perkembangan melalui tahapan-tahapan usia tertentu. Namun, pada teori ini menjelaskan perkembangan individu merupakan bagaimana cara meningkatkan kemampuan dan kapasitas individu dalam memproses informasi. Contohnya, ada anak usia 5 tahun dan individu dewasa awal usia 20 tahun, ketika mencoba menyelesaikan hal yang sama anak usia 5 tahun akan cenderung menggunakan satu sudut pandang dalam menyelesaikan masalahnya, sedangkan individu dewasa awal usia 20 tahun akan cenderung menggunakan berbagai sudut pandang untuk memecahkan masalanya. Perbedaan ini dikaitkan dengan pengalaman individu dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga mendukung teori ini.

Pada teori pemrosesan informasi terdapat tiga mekanisme dalam perkembangan kognitif:

1.      Encoding

Proses dimana informasi disimpan dalam memori. Perubahan keterampilan kognitif anak-anak bergantung pada peningkatan keterampilan dalam menyandikan informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Misalnya, anak usia 4 tahun belajar menulis angka 5 akan melihat keanehan karena berbeda dengan bentuk angka 5 yang diketik, sedangkan anak usia 12 tahun sudah mengerti bahwa faktanya keduanya sama-sama angka 5 dan mengabaikan informasi tidak relevan dari angka 5 tersebut.

2.      Automaticity

Mengacu pada kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Latihan memungkinkan anak-anak untuk menyandikan sejumlah besar informasi secara otomatis. Misalnya, setelah anak-anak belajar membaca dengan baik, mereka tidak menganggap setiap huruf dalam satu kata sebagai surat; sebaliknya, mereka menyandikan seluruh kata.

3.      Strategy Construct

Pembuatan prosedur baru untuk memproses informasi. Misalnya, anak-anak membaca mendapat manfaat ketika mereka mengembangkan strategi berhenti secara berkala untuk mengingat apa yang telah mereka baca selama ini.

Kelebihan dan kekurangan teori Kognitif:

a.    Kelebihan, teori Piaget menjelaskan rinci tahap perkembangan anak-anak.

b.    Kekurangan, teori Piaget tidak menjelaskan perkembangan pada masa dewasa.

c.    Kelebihan, teori Vygotsky adalah singkat, jelas, dan cukup mudah dimengerti.

d.  Kekurangan, teori Vygotsky adalah tidak adanya penjelasan proses perkembangan individu secara rinci sehingga hanya terdapat perkembangan secara umum dan terlalu menitik beratkan konsep perkembangan pada kesadaran.

e.  Kelebihan, teori pemrosesan informasi adalah penjelasan yang jelas dan singkat mengenai bagaimana terbentuknya kognisi pada individu melalui proses penerimaan informasi. Teori ini mudah dibayangkan konsepnya pada kehidupan nyata.

f.  Kekurangan, teori pemrosesan informasi adalah kurang dapat dibuktikan secara ilmiah.

 

3. Teori Perilaku dan Kognitif Sosial

·      Teori Operan Kondisioning B.F Skinner

Dalam teori Skinner dijelaskan bahwa faktor yang berpengaruh dalam membentuk dan memodifikasi perilaku adalah reinforcement dan punishment. Namun, menurut Skinner konsep punishment tidak begitu ditonjolkan karena dampaknya terlalu bias dan sulit diprediksi. Pada konsep teori operan kondisioning, reinforcement merupakan bentuk penghargaan yang diberikan pada individu untuk mengubah perilaku.

Terdapat dua jenis reinforcement, yaitu reinforcement positif dan negatif. Reinforcement positif adalah proses modifikasi perilaku dengan cara memberikan stimulus yang membantu dan menyenangkan bagi si individu agar proses perkembangan dari perubahan perilaku itu dapat terjadi. Berbeda dengan reinforcement negatif yang kesanya seperti “cuek” atau memberikan stimulus dengan respon dingin sebagai bentuk penguatanya agar individu dapat berpikir apa yang dilakukanya merupakan sesuatu yang salah atau tidak. Konsep punishment tidak begitu ditekankan karena stimulus yang diberikan adalah hukuman atau sesuatu yang tidak menyenangkan bagi individu saat melakukan perilaku tertentu, namun seperti yang dijelaskan di awal bahwa punishment akan berdampak bias sehingga sulit diprediksi perilaku apa yang muncul setelah diberikan punishment.

 

·      Teori Sosial Kognitif Bandura

Bandura berpendapat bahwa perkembangan individu dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Dalam hal ini Bandura menekankan bahwa proses kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu. Teori sosial kognitif Bandura seringkali disebut dengan teori modelling di mana individu melakukan proses modelling terhadap objek figur yang diperhatikanya. Pada teori ini perlu melewati 4 tahapan dalam mengimplementasikanya, yaitu:

1.      Perhatian

Pada tahap ini individu harus melihat dan memiliki objek yang diperhatikan sebagai awal mula proses tahap modelling.

2.      Representasi

Pada tahap kedua individu akan melakukan proses representasi atau menggambarkan ulang objek modelling untuk mempelajari objek modelling lebih dalam.

3.      Reproduksi

Pada tahap ini individu akan melakukan reproduksi dari objek modelling, namun karena ini bukan proses pembelajaran untuk meniru sehingga akan terjadi asimilasi antara objek modelling dengan kepribadian individu yang menghasilkan keunikan tersendiri.

4.      Motivasi

Pada tahap terakhir, individu harus mempunyai motivasi untuk meneruskan proses modelling agar menjadi konstan, sebaliknya jika tidak memiliki motivasi maka proses modelling akan berhenti.

Contohnya jika sudah berhasil sampai di tahap reproduksi, tetapi lingkungan tidak mendukung akan mempengaruhi motivasi sehingga jika motivasi hilang proses modelling akan berhenti.

                        Kelebihan dan kekurangan teori perilaku dan kognitif sosial

a.    Kelebihan, teori Skinner adalah mudah dipahami dan diimplementasikan pada kehidupan nyata.

b.    Kekurangan, teori Skinner adalah tidak menjelaskan secara rinci apakah dampak yang diterapkan dari teori ini bisa berfungsi pada setiap tahapan usia atau tidak.

c.    Kelebihan, teori Bandura adalah mudah diterapkan dalam kehidupan nyata.

d.    Kekurangan, teori Bandura adalah tidak memperhitungkan perubahan fisik dan mental, tidak menjelaskan semua perilaku, dan tidak menjelaskan perbedaan perilaku.

 

 4. Teori Etologi

·      Konrad Lorenz (1903-1938)

Lorenz melakukan eksperimen terhadap angsa greylag untuk mengetahui bagaimana perilakunya jika telur angsa dibagi menjadi ke dalam dua kelompok. Sebab, angsa greylag memiliki perilaku alami ketika telur menetas akan mengikuti induknya. Saat telur dibagi menjadi dua kelompok, sebagian dibiarkan bersama induk angsa dan sebagian ditaruh di dalam inkubator. Ketika menetas, kelompok telur yang bersama induk angsa benar mengikut induk angsa itu kemana pun, sedangkan kelompok inkubator begitu menetas pertama kali yang dilihat oleh anak angsa itu adalah Lorenz sehingga membuat Lorenz diikuti oleh anak-anak angsa tersebut. Eksperimen ini berhasil dan Lorenz menyimpulkan bahwa proses ini pencetakan — pembelajaran yang cepat dan bawaan dalam periode waktu yang terbatas dan kritis yang melibatkan keterikatan pada objek bergerak pertama yang terlihat. Pertama, penelitian dan teori etologi hanya sedikit atau tidak bisa dikatakan sama sekali tentang sifat hubungan sosial di seluruh rentang kehidupan manusia, dan teori tersebut merangsang beberapa penelitian yang melibatkan orang.

 

·       John Bowlby (1969, 1989)

Bowlby berpendapat bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi seperti tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).

 

Teori etologi ini menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan dialami oleh bayi. Fase-fase kelekatan:

1.      Tahap 1

Dari lahir sampai 2 bulan. Bayi secara naluriah berorientasi pada sosok manusia. Orang asing, saudara kandung, dan orang tua sama-sama cenderung menimbulkan senyum atau tangisan dari bayi.

2.      Tahap 2

Dari 2 hingga 7 bulan. Kemelekatan menjadi terfokus pada satu sosok, biasanya pengasuh utama, saat bayi secara bertahap belajar membedakan orang yang dikenal dari orang yang tidak dikenalnya.

3.      Tahap 3

Dari 7 sampai 24 bulan. Keterikatan khusus berkembang. Dengan peningkatan keterampilan lokomotor, bayi secara aktif mencari kontak dengan pengasuh reguler, seperti ibu atau ayah.

4.      Tahap 4

Sejak 24 bulan. Anak-anak menjadi sadar akan perasaan, tujuan, rencana orang lain dan mulai memperhitungkannya dalam mengarahkan tindakan mereka sendiri.

                        Kelebihan dan kekurangan teori etologi

a.       Kelebihan, teori etologi adalah menjelaskan keterkaitan antara individu dengan figur lekatnya.

b.      Kekurangan, teori etologi adalah tidak dijelaskan secara detail bagaimana perkembangan individu setelah masa kanak-kanak.

 

5. Teori Ekologi

·       Urie Bronfenbrenner (1917-2005)

Teori Ekologi merupakan teori yang berpandangan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh empat sistem lingkungan, yaitu: mikrosistem, mesosistem, ekosistem, dan makrosistem.

1.  Mikrosistem adalah bentuk-bentuk aktivitas, peran, dan hubungan yang dialami individu di tempat tinggalnya. Lingkungan ini mencakup rumah, tempat penitipan anak, tempat bermain secara terpisah atau hanya satu saja. Di dalam lingkungan ini terjadi interaksi  dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, dan sebagainya.

2.   Mesosistem adalah hubungan antara dua atau lebih lingkungan dalam mikrosistem. Misalnya, bagi anak hubungan antara pengalaman di rumah dan pengalaman di sekolah.

3.   Ekosistem merujuk pada satu atau lebih dari lingkungan sosial yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan individu, tetapi lingkungan tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan individu. Misalnya, ekosistem yang dapat mempengaruhi anak usia dini antara lingkungan kerja orang tua, sekelas dengan kakak kandung, teman-teman orang tua, pengurus sekolah.

4.   Makrosistem  merujuk kepada sistem budaya tempat tinggal pada level sub-kultur dan kultur mencakup keyakinan, ideologi, atau pola perilaku. Misalnya, pola budaya bangsa indonesia diwariskan orang tua dan masyarakat kepada generasi berikutnya

5.   Kronosistem meliputi pemulaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosio-historis dari perkembangan individu. Misalnya, dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan.

Kelebihan dan kekurangan teori ekologi

a.     Kelebihan, teori ekologi adalah mudah dipahami dengan dasar lingkungan sosial-budaya dan bagaimana individu berkembang di setiap lingkungan yang berbeda.

b.    Kekurangan, teori ekologi adalah tidak mengerucut penjelasanya, sudut pandang yang digunakan terlalu luas sehingga tidak mendapatkan hasil yang detail dari bagaimana individu dapat berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Masganti. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Jilid 1. Medan: Perdana Publishing.

Feist, Jess and Feist, Gregory J. (2008). Theories of Personality. Edisi Keenam. Edisi Bahasa Indonesia. Yudi Santoso (Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santrock, John W.(2011). Educational Psychology 5th Edition. New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. (2014). Child Development. 13th edition. New York: McGraw-Hill.

Krismawati, Yeni. (2014). Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson dan Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan Kristen Dewasa Ini. Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Vol 2 (01), 46-56.

Zaini, Rifnon. (2014) . Studi Atas Pemikiran B.F. Skinner Tentang Belajar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol 1 (01).

McLeod, S. A. (2018). Konrad Lorenz's Imprinting Theory. Simply Psychology.

Gambar

https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/e/c/ece6b6bffd7af7be0f73bb58a2739ab7eb37213d.png

Post a Comment for "Ringkasan Teori Psikologi Perkembangan"