Sleep Paralysis (Ketindihan)
Sleep Paralysis
The American Sleep Disorder Association
Menurut The American Sleep Disorder Association (1990) mengatakan, sleep paralysis terjadi ketika seseorang berada pada tidur paling dalam saat seluruh otot relaksasi. Akan tetapi, perubahan tahapan tidur secara mendadak akibat gangguan siklus tidur menyebabkan seseorang tersadar. Menurut Gillian (2008) Sleep paralysis didukung dengan halusinasi, perasaan tercekik, dan sulit menggerakkan lidah. Dalam keadaan ini, seseorang dapat membuka mata, menggerakan bola mata, dan melihat sekeliling. Keadaan sleep paralysis dapat terjadi selama beberapa menit. Menurut Ohaeri et al (2004), sleep paralysis bersifat sementara, biasanya terjadi satu hingga beberapa menit. Sleep paralysis akan menghilang secara spontan atau dengan stimulus eksternal. Biasanya dengan sentuhan atau dibangunkan oleh orang lain. Meskipun sleep paralysis ini biasa terjadi dan dialami oleh semua orang, tetapi gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi.
Bagian Otak yang Mempengaruhi Sleep
paralysis
Menurut Cheyne (2002) menyebutkan bahwa
terdapat dua sistem
otak yang berkontribusi dalam terjadinya sleep paralysis. Sistem otak yang paling mempengaruhi
terjadinya sleep paralysis adalah struktur
inner-brain/bagian dalam otak yang mengatur ancaman dan tanggapan terhadap bahaya
dalam hal ini yang dapat memicu seseorang melihat sosok yang
mengintai dalam kegelapan di dekatnya.
Area-area saraf lainnya yang berkontribusi terhadap penggambaran mimpi REM, tergambar pada pengetahuan pribadi dan budaya seseorang terhadap kehadiran sosok jahat yang muncul. Misalnya, salah satu kepercayaan budaya yang ada di Indonesia yang menyebut bahwa sleep paralysis sebagai “ketiban sosok gaib”. Selain itu menyebutkan bahwa sleep paralysis diakibatkan oleh kurangnya kegiatan spiritual sebelum tidur seperti lupa berdoa dan shalat. Sistem otak yang kedua, meliputi bagian sensorik dan motorik dari lapisan luar otak, yang membedakan tubuh seseorang dengan orang lain serta makhluk lainnya. Ketika aktivitas REM memicu sistem ini, seseorang akan mengalami sensasi mengambang, terbang, jatuh, dan jenis-jenis gerakan lainnya.
*Catatan: Singkatnya, Tahapan tidur manusia meliputi fase Rapid Eye Movement (REM) dan non-REM. Pada fase REM, mata bergerak dengan cepat ke segala arah. Sementara saat fase non-REM, hal itu tidak terjadi.
Etiologi Sleep paralysis
Sleep paralysis, banyak terjadi pada seseorang yang memiliki tekanan atau yang mengalami stres. Simard dan Nielson (2005) mengatakan bahwa kejadian sleep paralysis dan kecemasan adalah gejala dari trauma yang pernah dialami pada masa lalu. Hal ini didukung oleh jurnal yang ditulis oleh Murphy (2006), jurnal tersebut menyebutkan bahwa seorang anak yang pernah mengalami tindak kekerasan cenderung pernah mengalami sleep paralysis. Menurut Culebras (2011), Sleep paralysis dapat terjadi dikaitkan dengan beberapa hal, di antaranya jadwal tidur yang tidak teratur, kondisi mental yang sedang tidak baik seperti stress, tidur dengan posisi telentang dapat menyebabkan tingginya angka kejadian sleep paralysis, dan penyalahgunaan zat kimia dimana seorang pemabuk dapat mudah terserang sleep paralysis.
Jenis-Jenis
Sleep paralysis
Unusual Sensory Experiences Survey. ASA (2007) mengklasifikasikan sleep paralisis menjadi tiga, yaitu:
- Intruder, biasanya diikuti dengan perasaan takut dan cemas, adanya kehadiran roh halus, halusinasi auditori dan halusinasi visual. Menurut Cheyne et al. (1999), intruder dimulai dengan aktifasi amygdala. Para peneliti tersebut berargumen bahwa halusinasi terjadi di tahap REM.
- Incubus, biasanya disertai dengan keadaan sesak napas, perasaan ditekan di dada, dan rasa nyeri fisik.
- Unusual Bodily Experiences, terjadi saat seseorang mengalami perasaan arwah tertarik keluar dari tubuh.
Sleep Paralysis Dalam Berbagai Budaya
Saat kelumpuhan tidur terjadi, seseorang sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Oleh sebab itu, fenomena ini sering dikaitkan dengan hal-hal mistis.
- Di Finlandia dan Swedia, kelumpuhan tidur diyakini disebabkan oleh mare, makhluk supernatural yang berkaitan dengan incubi dan succubi. Menurut kepercayaan setempat, mare adalah seorang wanita yang dikutuk dan tubuhnya dibawa secara misterius saat ia tidur dan tanpa ia sadari. Ia kemudian mengunjungi penduduk desa dan menduduki tulang iga mereka saat mereka tertidur, yang menyebabkan mereka mengalami mimpi buruk.
- Dalam cerita rakyat Newfoundland, South Carolina dan Georgia, digambarkan bahwa kelumpuhan tidur disebabkan oleh makhluk jahat hag, yang meninggalkan tubuh fisiknya pada malam hari, dan duduk di dada korbannya. Korban biasanya bangun dengan perasaan teror, sulit bernapas karena dadanya ditindih oleh hag.
- Di Fiji, fenomena ini disebut dengan kana tevoro, "dimakan" oleh setan. Setan ini dipercaya sebagai kerabat seseorang yang baru meninggal dunia dan datang kembali untuk menyelesaikan beberapa urusannya yang belum selesai.
- Di Turki, kelumpuhan tidur disebut dengan karabasan, versi lain dari cerita mengenai kunjungan setan saat tidur.
- Di Thailand, diyakini bahwa kelumpuhan tidur disebabkan oleh hantu dari cerita rakyat Thailand yang dikenal dengan nama Phi Am.
- Di Indonesia dan Malaysia, kelumpuhan tidur dikenal dengan kena tindih atau ketindihan (setan).
- Di budaya Meksiko, disebut se me subio el muerto dan dipercaya sebagai kejadian adanya arwah orang meninggal yang menempel pada seseorang.
- Di budaya Jepang, disebut kanashibari, yang secara literatur diartikan mengikat sehingga diartikan seseorang diikat oleh makhluk halus.
Ada beberapa cara untuk mengatasi agar tidak terjadi gangguan tidur sleep paralysis yaitu sebagai berikut:
1. Hindari Stress
Stres diduga penyebab terbesar sleep paralysis. Stress dapat berkurang saat pola hidup teratur dengan mulailah hidup yang sehat secara fisik maupun psikis, jangan merokok serta meminum minuman alkohol/kafein, dan hindari untuk makan terlalu banyak.
2. Pola Tidur
5. Pengobatan Medis
Jika terlalu sering mengalami sleep paralysis, maka selain cara-cara diatas yang telah dilakukan, maka perlu untuk evaluasi diri. Untuk itu bisa dengan buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa pekan dan susun daftar masalah-masalah yang menyita pikiran. Dengan cara tersebut membantu untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya sleep paralysis, sehingga gangguan tidur tersebut dapat diatasi dengan menghindari faktor pemicunya. Lain halnya, jika sleep paralysis disertai gejala lain, maka ada baiknya segera pergi ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur.
Kesimpulan
Terdapat beberapa budaya yang memiliki padangan tentang sleep paralysis diantaranya di Finlandia, Swedia, cerita rakyat Newfoundland, South Carolina, Georgia,Fiji, Turki, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan budaya Meksiko.
Dalam sleep
paralysis terdapat dua sistem otak yang
berkontribusi. Sistem otak yang paling
mempengaruhi adalah struktur
inner-brain/bagian dalam otak
yang mengatur ancaman ada tangapan akan suatu hal yang mengancam, maka dri itu
masyarakat awam berangapan bahwa sleep paralysis terjadi saat individu
tertindih makhluk gaib.
Sistem otak yang kedua, meliputi bagian sensorik dan motorik dari lapisan luar otak, ketika aktivitas REM memicu sistem ini, seseorang akan mengalami sensasi mengambang, terbang, jatuh, dan jenis-jenis gerakan lainnya. Menurut para ahli sleep paralysis terjadi pada seseorang yang memiliki tekanan atau terlalu stress, kecemasan pada masal lalu, dapat juga karea jadwal tirue tidakteratur, posisi telentang, dan penyalahgunaan zat kimia seperti alkohol. Sleep paralysis memiliki beberapa jenis yaitu intruder, incubus, dan unusual bodily experience.
Walaupun dapat di alami semua orang tapi hal ini perlu di waspadai karena sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi. Cara mengatasinya pun dapat dengan berbagai cara diantaranya menghindari keadaan terlalu stress, tidur dengan teratur, gerakkan badan kecil namun sekencang-kencangnya, berfikiran secara positif, dan jika hal tersebut terus terjadi dapat memeriksakan diri pada bagian medis.
Daftar Pustaka
Gambar
https://www.sleepcycle.com/wp-content/uploads/2020/01/scblog_sleepparalysis-1920x1270.jpg
Post a Comment for "Sleep Paralysis (Ketindihan)"